Saturday 23 January 2016



BAB I
PENDAHULUAN

            Diantara keistemewaan manusia adalah bisa berfikir, berbeda dengan makhluq yang lain. Dan sudah menjadi barang tentu, kita sebagai makhluq yang bertuhan untuk memelihara dan mengoptimalkan kinerja otak yang telah dianugrahkanNYA. Sangat disayangkan jika seseorang tidak bisa  memanfaatkan otaknya untuk  berfikir dan merenungkan sesuatu, sementara dengan orang berfikir akan bisa mengethui hakikat suatu dengan sebenar-benarnya dan akan bisa mengetahui apa yang sebelumnya ia tidak ketahui.
            Disamping itu, tidak semua orang memiliki daya fikir dan inteligensi yang sama. Sehingga kita bisa mengklasifikasikan daya berfikir atau konsep seseorang,begitu juga dalam hal tingkatan ingatan yang kita miliki. Dan untuk lebih jelasnya penulis akan sedikit memaparkan pengklasifikasian berfikirnya seseorang menurut konsep psikologi yang  sudah terangkum dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

BERFIKIR

A.           Cara Memperolah Konsep Atau Pengertian

            Untuk memperoleh pengertian ada beberapa macam cara, diantaranya adalah:
  1. Dengan tidak sengaja
Pengertian yang diperoleh dengan tidak sengaja, ini yang sering disebut pengertian pengalaman. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengertian yang diperoleh dengan sengaja itu bukan melalui pengalaman. Yang disebut pengertian pengalaman disini adalah pengertian yang diperoleh dengan secara tidak sengaja, diperoleh sambil lalu dengan melalui pengalaman-pengalaman. Misalnya pengertian anak pada umumnya diperoleh melalui pengalaman, tidak dengan sengaja. Proses memperolehnya pada umumnya melalui proses generalisasi, kemudian atas daya berfikirnya timbul proses diferensiasi, yaitu proses membedakan satu dengan yang lain.  
  1. Dengan  sengaja
Pengertian yang diperoleh dengan sengaja, yaitu usaha dengan sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut sebagai pengertian ilmiah. Karena pengertian atau konsep ini diperoleh dengan sengaja, maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedur memperolehnya berbeda dengan prosedur pada pengertian yang tidak sengaja. Prosedurnya melalui beberapa tingkatan. Misalnya seseorang ingin mendapatkan pengertia atau konsep mengenai gas, maka diperlukan beberapa tingkatan yaitu:
a)      Tingkat Analisis
Yaitu tingkat atau taraf oranf mengadakan analisis terhadap bermacam-macam gas, dan masing-masing gas diteliti sifatnya, dan semua sifat itu dicatat secara seksama,
b)      Tingkat mengadakan komperasi
Yaitu tingkat mengkimperasikan sifat-sifat yang diperoleh satu dengan yang lain, dicari sifat-sifat yang umum dan yang khusus.
c)      Tingkat Abstrak
Yaitu tingkat menyatukan sifat-sifat yang sama dan menyampingkan sifat-sifat yang tidak sama.
d)     Tingkat Menyimpulkan
Yaitu tingkat menarik kesimpulan setelah mengadakan abstraksi dan memberikan pengertian atau konsep bahwa “gas itu benda yang selalu memenuhi tempatnya”.

            Dengan melalui proses belajar orang akan banyak memperoleh pengertian atau konsep. Karena pengertian dapat diperoleh dengan belajar, maka factor transfer akan banyak berpengaruh dalam kaitannyamendapatkan pengertian. Transfer dapat positif tetapi dapat juga negative. Bila seseorang telah mempunyai pengertian atau konsep dan konsep ini membantu dalam memperoleh pengertian atau konsep baru, ini yang dimaksud dengan transfer positif. Namun sebaliknya kalau pengertian yang telah ada itu justru menghambat dalam memperoleh pengertian baru, ini yang dimaksud dengan transfer negative akan menghambat dalam memperoleh konsep atau pengertian baru.

B.             Problem Solving
            Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das sein dan das Sollen. Contoh dimuka menggambarkan adanya problem yang harus dipecahkan oleh siswa yang mendapatkan tugas dari gurunya. Siswa yang mendapatkan problem itu akan berfikir untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu adalah directed, yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut.
            Banyak aturan atau kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma dan horistik.
            Algoritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka aka nada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal peekalian dengan benar, akan adanya jaminan orang tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan algoritma, tetapi dikenai aturan atau kaidah horistik, yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan.
            Strategi umum horistik dalam menghadapi  masalah, yaitu bahwa maslah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil mesing-masing mengarah kepada pemechannya.
            Dalam rangka pemecahan masalah ini apabila diamati akan yerdapatr adanya perbedaan dalam langkah-langkah yang diambil.

INTELIGENSI

A.            Terori Orientasi Proses (Process- Oriented Theoris)
            Teori ini mendasarkan atas orientasi bagaimana proses intelektual dalam pemecahan masalah. Para ahli lebih cenderung bicara mengenai proses kognitif ( Cognitive Processes) dari pada inteligensi, tetapi dengan maksud  tentang hal yang sama (Morgan, Dkk., 1984)
            Jean piaget merupakan salah seorang pendukung teori ini. Seperti diketahui jean peaget belajar dalam biologi, dan kemudian juga dalam hal filsafat, khusunya epistemology. Namun ia kemudian bekerja dilaboratorium binet dam membantu dalam standardisasi test. Dari sinilah jean peaget tertarik pada maslah psikologi khususnya dalam intellectual ability. Selanjutnya peaget melihat bagaimana pekerbangan dari intellectual ability ini, namun hal itu dikemukakan dengan pengertian kognitif.
            Teori proses informasi mengenai inteligensi (information processing theories) mengemukakan bahwa inteligensi akan diukur dari fungsi-fungsi seperti sensoris, koding, ingatan, dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali (remembering).

B.             Pengungkapan Inteligensi
            Telah dipaparkan didepan bahwa masing-masing individu berbeda-beda dalam segi inteligensinya. Karena berbeda dalam segi inteligensinya, maka individu satu dengan individu yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu masalah yang dihadapinya. Mengenai soal perbedaan inteligensi ini ada pandangan yang menekankan pada perbedaan kualitatif dan pandangan yang kmenekankan pada perbedaan kuantitatif.
Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan inteligensi individu satu dengan yang lain itu memang secara kualitatif berbeda, yang berarti bahwa pada dasarnya memang telah berbeda inteligensi individu satu dengan individu yang lain. Pandangan yang kedua menitik beratkan pada perbedaan kuantitatif, yang berarti perbedaan inteligensi itu semat-mata karena perbedaan materi yang diterima atau Karen perbedaan dalam proses belajarnya. Perbedaan dalam proses belajar akan membawa dalam segi inteligensinya.
Baik pandangan yang pertama maupun pandangan yang kedua, kedua-duanya mengakui bahwa individu satu dengan individu yang lain berbeda dalam segi inteligensinya. Persoalan yang timbul ialah bagaimana orang dapat mengetahui taraf inteligensi itu.
Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang, orang menggunakan tes inteligensi. Dengan  tes inteligensi diharapkan orang akan dapat mengungkap inteligensi seseorang,dan akan dapat diketahui tentang keadaan tarafnya. Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama-tama menciptakan tes inteligensi adalah binet.   
Seperti telah dijelaskan di depan setelah binet menciptakan inteligensi, maka tes inteligensi tersebut berkembang dengan pesatnya. Tes inteli gensi binet pertama kali disusun pada tahun 1905, yang kemudian mendapatkan bermacam-macam revisi baik dari binet sendiri maupun dari para ahli yang lain. Tes yang disusun dalam tahun 1905 itu kemudian direvisi oleh binet sendiri pada tahun 1908 sebagai revisi pertama, dan pada tahun 1911 diadakan refisi lagi sebagi refisi yang kedua.
Dalam tahun 1916 tes binet direvisi, dan diadaptasi disesuakan penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford University dan dikenal dengan Stanford Revision, juga dikenal dengan tes Inteligensi Stanford-Binet (Morgan, dkk, 1984).disamping itu juga digunakan pengertian Intelligence Quentient atau disingkat IQ, sesuatu pengertian yang popular. Untuk memperoleh IQ digunakan rumus IQ = MA / CA. untuk menghindarkan adanya angka pecahan maka tersebut kemudian dikalikan dengan 100, sehingga rumus tersebut berbentuk: IQ = MA/CA x 100. MA adalah merupakan Mental age atau umur mental, dan CA adalah chronological age atau umur kronologis, yaitu umur yang sebenarnya (Anastasi, 1976; Morgan, dkk., 1984).
Dalam tahun 1949 diciptakan test Wechsler Intelligence Scale for Children atau sering dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus diperuntukkan anak-anak. Klasifikasi IQ adalah:
Very Superior              : IQ di atas 130
Superior                       : IQ 120-129
Bright Normal             : IQ 110-119
Average                       : IQ 90-109
Dull Normal                : IQ 80-89
Borderline                   : IQ 70-79
Mentak defective        : IQ 69 dam kebawah
(Harriman, 1958:165)
BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah diatas bisa diambil kesimpulan bahwa dalam pengertian seseorang ada yang diperoleh dengan sengaja dan ada yang tidak dan ada yang tidak disengaja, hal ini disebabkan karna ada dan tidaknya kesadaran seseorang dalam mengambil suatu pengertian. Terkadang seseorang telah mendapatkan suatu pengertian akan tetapi sebelumnya dia tidak bermaksud untuk mencari pengertian itu. Dan ada juga seseorang memang bemaksud untuk mencari suatu pengertian itu, yang dalam hal ini disebut dengan pengertian yang ilmiah.
   Dan dalam hal inteligensi, setiap individu mempunyai inteligensi yang berbeda, sehingga seseorang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
B.            SARAN
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amien
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo, 1980. Pengantar Psikologi Umum : Andi.:Yogyakarta

0 komentar:

Post a Comment