Friday 22 January 2016

Seperti apakah guru yang sebenarnya?




Pendidikan merupakan proses pembentukan generasi yang pintar dan bermartabat. Pendidikan sebenarnya tidak harus terjadi secara formal seperti di sekolah, pondok pesantren dan lain sebagainya. Namun demikian, pendidikan seharusnya dapat diartikan secara luas yakni mencakup segala bentuk penanaman nilai-nilai yang baik. Jangan sangka anak yang ikut ke sawah untuk menanam padi, ikut ke pasar untuk berdagang tidak bisa disebut dengan pendidikan. Padahal hal tersebut kalau dimanfaatkan untuk mencetak anak didik yang baik dapat dijadikan lahan pendidikan, yakni mendidik anak pintar dalam berdagang, jujur, dan ramah pada pengunjung misalnya. Ini tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan proses pendidikan yang ideal.


Terlepas dari itu semua, penulis ingin memberikan kesadaran dalam mendidik anak, murid atau orang lain yang menjadi objek pendidikan. Untuk menumbuhkan rasa berjuang bagi seorang guru dalam mendidik anak generasi yang berkualitas dan bermartabat adalah mengetahui bahwa pada dasarnya semua manusia itu baik. Hanya karena pengaruh lingkungan disekitarnya yang menjadikan anak didik mempunyai karakter bejat. Sebagaimana yang telah disampaikan Nabi bahwa pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan suci, hanya karena orang tuanyalah yang meyebabkan ia beragama yahudi dan nashrani. Dari hadits ini tidak mengecualikan sikap atau tingkah laku anak didik tergantung bagaimana orang tua mendidiknya.


Nah, dengan kita menyadari bahwa pada dasarnya semua manusia itu baik, maka tidak aka ada guru yang acuh tak acuh pada siswanya. Guru akan terus berusaha dengan segala cara untuk mengarahkan dan mengoptimalkan kembali potensi yang telah dimiliki. disamping itu pula, guru sebenarnya seorang yang tugasnya tidak hanya menajamkan kecerdasan akal seorang anak, melainkan jauh yang lebih penting itu adalah bagiamana anak didik tersebut mempunyai karakter yang baik. Sehingga dengan demikian konsep yang telah populer dalam dunia Pendidikan Islam yakni istilah ta’lim, mta’dib, tarbiyah akan benar-benar terwujud.


Melihat sebegitu beratnya tugas mulia seorang guru, jangan heran jika guru lebih disegani dari seorang yang bukan guru. Kalau penulis bandingkan, tugas lebih berat dan sulit dari pada membangun bangunan cakar langit sekalipun. Membangun hal yang sifatnya konkrit seperti bangunan misalnya, hanya dibutuhkan beberap bulan saja, namun memulihkan karakter anak menjadi baik butuh kesabaran sampai bertahun-tahun bahkan tak jarang yang gagal.


Namun demikian, guru hanyalah bisa berusaha dengan penuh kesabaran. Sementara yang menentukan hasilnya adalah Tuhan. Artinya, disamping guru berusaha, janganlah sampai lupa untuk mendoakan anak didiknya.



0 komentar:

Post a Comment