Pendidikan merupakan proses pembentukan
generasi yang pintar dan bermartabat. Pendidikan sebenarnya tidak harus terjadi
secara formal seperti di sekolah, pondok pesantren dan lain sebagainya. Namun demikian,
pendidikan seharusnya dapat diartikan secara luas yakni mencakup segala bentuk
penanaman nilai-nilai yang baik. Jangan sangka anak yang ikut ke sawah untuk menanam
padi, ikut ke pasar untuk berdagang tidak bisa disebut dengan pendidikan. Padahal
hal tersebut kalau dimanfaatkan untuk mencetak anak didik yang baik dapat
dijadikan lahan pendidikan, yakni mendidik anak pintar dalam berdagang, jujur,
dan ramah pada pengunjung misalnya. Ini tidak dapat dipungkiri bahwa hal
tersebut merupakan proses pendidikan yang ideal.
Terlepas dari itu semua, penulis ingin
memberikan kesadaran dalam mendidik anak, murid atau orang lain yang menjadi
objek pendidikan. Untuk menumbuhkan rasa berjuang bagi seorang guru dalam mendidik
anak generasi yang berkualitas dan bermartabat adalah mengetahui bahwa pada
dasarnya semua manusia itu baik. Hanya karena pengaruh lingkungan disekitarnya
yang menjadikan anak didik mempunyai karakter bejat. Sebagaimana yang telah
disampaikan Nabi bahwa pada dasarnya manusia diciptakan dalam keadaan suci,
hanya karena orang tuanyalah yang meyebabkan ia beragama yahudi dan nashrani. Dari
hadits ini tidak mengecualikan sikap atau tingkah laku anak didik tergantung
bagaimana orang tua mendidiknya.
Nah, dengan kita menyadari bahwa pada
dasarnya semua manusia itu baik, maka tidak aka ada guru yang acuh tak acuh pada
siswanya. Guru akan terus berusaha dengan segala cara untuk mengarahkan dan
mengoptimalkan kembali potensi yang telah dimiliki. disamping itu pula, guru
sebenarnya seorang yang tugasnya tidak hanya menajamkan kecerdasan akal seorang
anak, melainkan jauh yang lebih penting itu adalah bagiamana anak didik
tersebut mempunyai karakter yang baik. Sehingga dengan demikian konsep yang
telah populer dalam dunia Pendidikan Islam yakni istilah ta’lim, mta’dib,
tarbiyah akan benar-benar terwujud.
Melihat sebegitu beratnya tugas mulia seorang
guru, jangan heran jika guru lebih disegani dari seorang yang bukan guru. Kalau
penulis bandingkan, tugas lebih berat dan sulit dari pada membangun bangunan
cakar langit sekalipun. Membangun hal yang sifatnya konkrit seperti bangunan
misalnya, hanya dibutuhkan beberap bulan saja, namun memulihkan karakter anak
menjadi baik butuh kesabaran sampai bertahun-tahun bahkan tak jarang yang
gagal.
Namun demikian, guru hanyalah bisa berusaha dengan
penuh kesabaran. Sementara yang menentukan hasilnya adalah Tuhan. Artinya,
disamping guru berusaha, janganlah sampai lupa untuk mendoakan anak didiknya.
0 komentar:
Post a Comment