Thursday 21 April 2016

Kartini: Sepak Terjang Dalam Pendidikan Islam





Nama Kartini, sudah tidak asing lagi dalam negeri pertiwi ini. Ia merupakan sosok perempuan yang berusaha mengangkat status perempuan yang awalnya hanya sebagai pendamping dan pelayan lelaki. Namun, atas propaganda yang dilakukan oleh Kartini banyak mengalami perubahan. Kartini sebenarnya termasuk keturunan ningrat, ia mengetahui betul bagaimana harus taat kepada adat di lingkungan foedalnya. Seperti kebiasan perempuan ketika telah berumur 12 tahun harus dipingit, ditempatkan di dinding-dinding kadipaten. Ia merasakan betul bagaimana sengsaranya wanita yang dipingit. Tidak dapat keluar untuk mengembangkan pengetahuannya. Padahal, Kartini mempunyai cita-cita besar dalam hidupnya, sehingga ia senantiasa berusa ingin lepas dari penjara adat yang mengikatnya. Sekalipun sebenarnya hal ini mempunyai resiko yang besar, yakni cela’an masyarakat.

Awalnya, Kartini merupakan orang selalu mengkritisi ajaran Islam. Ia meranggapan bahwa Islam terlalu mendiskriminasi kaum perempuan terlebih dalam hal poligami. Hal ini disebabkan oleh karena Kartini waktu itu masih belum mengenal Islam begitu jauh dan lebih memprioritas akal. Sehingga pada akhirnya mengakui akan Islam dan mendapatkan ketenangan dalam dirinya setelah mendengarkan ceramah dari pamannya sendiri yang sempat menjadi bupati Demak, Kiai Shaleh Darat. Kia Sholeh menjelaskan makna kandungan yang tedapat dalam surat Al-Fatihah. Sejak itulah, Kartini sangat taat dalam beragam bahkan sesekali mendengarkan surat-surat dalam Al-Qur,an ia menemukan nuansa Religi Islam berupa tasawuf, teologi dan syariat.

Dengan semakin lekatnya ajaran Islam dalam diri Kartini, lambat laun kartini juga tidak kalah dalam memperjuangkan kaum perempuan untuk bisa belajar Ilmu Agama Islam. Ia beranggapan bahwa di Islam banyak sekali tokoh dari perempuan. Bayangkan, di Zaman Nabi Muhammad saw, ada sekitar 700 sahabat dari kalangan perempuan yang berstatus menjadi perawi hadits. Tidak hanya itu, para sahabat nabi, dari kalangan perempuan juga ada yang ikut berperang, berdagang dan mengurus rumah tangga.

Seorang Kartini, gadis lugu yang lahir di tanah Jepara ini, sekalipun latar belakang pendidikannya dari negara Eropa. Namun, seluruh ilmunya hanya diresap dari bagian positifnya saja. Ia tetap setia dan taat terhadap kepercayaan Agamanya. Bahkan ia senantiasan terus ingin mengembangkan pendidikan agama Islam terkhusus untuk kalangan wanita.

Pendidikan yang ingin digagas oleh Kartini waktu itu, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki sebagaimana yang terjadi di Eropa, melainkan kartini ingin mengambil sisi positis dalam mencerdaskan kaum wanita demi untuk mewujudkan bangsa dan rakyatnya. Ada beberapa gagasan pendidikan yang  ingin didiran oleh Kartni waktu itu, diantaranya adalah dengan membuat instansi pendidikan yang tidak terikat oleh paraturan Hindia Belanda. Dengan demikian, ia bebas dalam mengatur dan mengembangkan pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Seperti ia membuat pengajian di surau-surau,  dan Masjid.

Raden Ajeng Kartini, begitulah cara ia memporak-porandakan cara berpikir kaumnya dengan membuka cakrawala baru meyongsong kemajuan bangsa ini melalui kaum hawa. Kini, telah kita rasakan bahwa kaum wanita mempunyai paradigma dalam mengembangkan kemampuan dan bakatnya. Semoga ia selalu dikenang dan dilimpahkan atas perjuangannya. 

Selamat Hari Kartini!!!


Disarikan dari buku Kartin Nyantri. 

2 comments:

  1. Ngeri, tulisanmu makin ngeri, pek

    ReplyDelete
  2. hehe,, mungkin lagi terobsesi pada perjuangan kartini gus. Gadis. Ya, seorang gadis hebat.

    ReplyDelete