BAB
I
PENDAHULUAN
Diantara keistemewaan manusia adalah
bisa berfikir, berbeda dengan makhluq yang lain. Dan sudah menjadi barang
tentu, kita sebagai makhluq yang bertuhan untuk memelihara dan mengoptimalkan
kinerja otak yang telah dianugrahkanNYA. Sangat disayangkan jika seseorang
tidak bisa memanfaatkan otaknya
untuk berfikir dan merenungkan sesuatu,
sementara dengan orang berfikir akan bisa mengethui hakikat suatu dengan
sebenar-benarnya dan akan bisa mengetahui apa yang sebelumnya ia tidak ketahui.
Disamping itu, tidak semua orang
memiliki daya fikir dan inteligensi yang sama. Sehingga kita bisa
mengklasifikasikan daya berfikir atau konsep seseorang,begitu juga dalam hal
tingkatan ingatan yang kita miliki. Dan untuk lebih jelasnya penulis akan
sedikit memaparkan pengklasifikasian berfikirnya seseorang menurut konsep
psikologi yang sudah terangkum dalam
makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
BERFIKIR
A.
Cara Memperolah Konsep Atau
Pengertian
Untuk memperoleh pengertian ada
beberapa macam cara, diantaranya adalah:
- Dengan tidak sengaja
Pengertian yang diperoleh dengan tidak sengaja, ini yang sering disebut
pengertian pengalaman. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengertian yang diperoleh
dengan sengaja itu bukan melalui pengalaman. Yang disebut pengertian pengalaman
disini adalah pengertian yang diperoleh dengan secara tidak sengaja, diperoleh
sambil lalu dengan melalui pengalaman-pengalaman. Misalnya pengertian anak pada
umumnya diperoleh melalui pengalaman, tidak dengan sengaja. Proses
memperolehnya pada umumnya melalui proses generalisasi, kemudian atas daya
berfikirnya timbul proses diferensiasi, yaitu proses membedakan satu dengan
yang lain.
- Dengan sengaja
Pengertian yang diperoleh dengan sengaja, yaitu usaha dengan sengaja
untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut sebagai
pengertian ilmiah. Karena pengertian atau konsep ini diperoleh dengan sengaja,
maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedur memperolehnya
berbeda dengan prosedur pada pengertian yang tidak sengaja. Prosedurnya melalui
beberapa tingkatan. Misalnya seseorang ingin mendapatkan pengertia atau konsep
mengenai gas, maka diperlukan beberapa tingkatan yaitu:
a)
Tingkat Analisis
Yaitu tingkat atau taraf oranf mengadakan analisis terhadap
bermacam-macam gas, dan masing-masing gas diteliti sifatnya, dan semua sifat
itu dicatat secara seksama,
b)
Tingkat mengadakan komperasi
Yaitu tingkat mengkimperasikan sifat-sifat yang diperoleh satu dengan
yang lain, dicari sifat-sifat yang umum dan yang khusus.
c)
Tingkat Abstrak
Yaitu tingkat menyatukan sifat-sifat yang sama dan menyampingkan
sifat-sifat yang tidak sama.
d)
Tingkat Menyimpulkan
Yaitu tingkat menarik kesimpulan setelah mengadakan abstraksi dan
memberikan pengertian atau konsep bahwa “gas itu benda yang selalu memenuhi
tempatnya”.
Dengan melalui proses belajar orang
akan banyak memperoleh pengertian atau konsep. Karena pengertian dapat
diperoleh dengan belajar, maka factor transfer akan banyak berpengaruh dalam
kaitannyamendapatkan pengertian. Transfer dapat positif tetapi dapat juga
negative. Bila seseorang telah mempunyai pengertian atau konsep dan konsep ini
membantu dalam memperoleh pengertian atau konsep baru, ini yang dimaksud dengan
transfer positif. Namun sebaliknya kalau pengertian yang telah ada itu justru
menghambat dalam memperoleh pengertian baru, ini yang dimaksud dengan transfer negative
akan menghambat dalam memperoleh konsep atau pengertian baru.
B.
Problem Solving
Secara umum dapat dikemukakan bahwa
problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu
dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering
dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das sein dan das Sollen. Contoh
dimuka menggambarkan adanya problem yang harus dipecahkan oleh siswa yang
mendapatkan tugas dari gurunya. Siswa yang mendapatkan problem itu akan
berfikir untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
dalam problem solving itu adalah directed, yang mencari pemecahan dan
dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut.
Banyak aturan atau kaidah dalam
memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma
dan horistik.
Algoritma merupakan suatu perangkat
aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka aka nada jaminan
adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila seseorang harus
mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan
dalam hal peekalian dengan benar, akan adanya jaminan orang tersebut memperoleh
hasil terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian banyak persoalan yang
dihadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan algoritma, tetapi dikenai aturan
atau kaidah horistik, yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas
pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada pemecahan masalahnya
tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan.
Strategi umum horistik dalam
menghadapi masalah, yaitu bahwa maslah
tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil
mesing-masing mengarah kepada pemechannya.
Dalam rangka pemecahan masalah ini
apabila diamati akan yerdapatr adanya perbedaan dalam langkah-langkah yang
diambil.
INTELIGENSI
A.
Terori Orientasi Proses (Process- Oriented
Theoris)
Teori ini mendasarkan atas orientasi
bagaimana proses intelektual dalam pemecahan masalah. Para ahli lebih cenderung
bicara mengenai proses kognitif ( Cognitive Processes) dari pada inteligensi,
tetapi dengan maksud tentang hal yang
sama (Morgan, Dkk., 1984)
Jean piaget merupakan salah seorang
pendukung teori ini. Seperti diketahui jean peaget belajar dalam biologi, dan
kemudian juga dalam hal filsafat, khusunya epistemology. Namun ia kemudian
bekerja dilaboratorium binet dam membantu dalam standardisasi test. Dari
sinilah jean peaget tertarik pada maslah psikologi khususnya dalam intellectual
ability. Selanjutnya peaget melihat bagaimana pekerbangan dari intellectual
ability ini, namun hal itu dikemukakan dengan pengertian kognitif.
Teori proses informasi mengenai
inteligensi (information processing theories) mengemukakan bahwa inteligensi
akan diukur dari fungsi-fungsi seperti sensoris, koding, ingatan, dan kemampuan
mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali (remembering).
B.
Pengungkapan Inteligensi
Telah dipaparkan didepan bahwa
masing-masing individu berbeda-beda dalam segi inteligensinya. Karena berbeda
dalam segi inteligensinya, maka individu satu dengan individu yang lain tidak
sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu masalah yang dihadapinya. Mengenai
soal perbedaan inteligensi ini ada pandangan yang menekankan pada perbedaan
kualitatif dan pandangan yang kmenekankan pada perbedaan kuantitatif.
Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan inteligensi individu
satu dengan yang lain itu memang secara kualitatif berbeda, yang berarti bahwa
pada dasarnya memang telah berbeda inteligensi individu satu dengan individu yang
lain. Pandangan yang kedua menitik beratkan pada perbedaan kuantitatif, yang
berarti perbedaan inteligensi itu semat-mata karena perbedaan materi yang
diterima atau Karen perbedaan dalam proses belajarnya. Perbedaan dalam proses
belajar akan membawa dalam segi inteligensinya.
Baik pandangan yang pertama maupun pandangan yang kedua, kedua-duanya
mengakui bahwa individu satu dengan individu yang lain berbeda dalam segi
inteligensinya. Persoalan yang timbul ialah bagaimana orang dapat mengetahui
taraf inteligensi itu.
Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang, orang menggunakan tes
inteligensi. Dengan tes inteligensi
diharapkan orang akan dapat mengungkap inteligensi seseorang,dan akan dapat
diketahui tentang keadaan tarafnya. Orang yang dapat dipandang sebagai orang
yang pertama-tama menciptakan tes inteligensi adalah binet.
Seperti telah dijelaskan di depan setelah binet menciptakan inteligensi,
maka tes inteligensi tersebut berkembang dengan pesatnya. Tes inteli gensi
binet pertama kali disusun pada tahun 1905, yang kemudian mendapatkan
bermacam-macam revisi baik dari binet sendiri maupun dari para ahli yang lain.
Tes yang disusun dalam tahun 1905 itu kemudian direvisi oleh binet sendiri pada
tahun 1908 sebagai revisi pertama, dan pada tahun 1911 diadakan refisi lagi
sebagi refisi yang kedua.
Dalam tahun 1916 tes binet direvisi, dan diadaptasi disesuakan
penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford
University dan dikenal dengan Stanford Revision, juga dikenal dengan
tes Inteligensi Stanford-Binet (Morgan, dkk, 1984).disamping itu juga
digunakan pengertian Intelligence Quentient atau disingkat IQ, sesuatu
pengertian yang popular. Untuk memperoleh IQ digunakan rumus IQ = MA / CA.
untuk menghindarkan adanya angka pecahan maka tersebut kemudian dikalikan
dengan 100, sehingga rumus tersebut berbentuk: IQ = MA/CA x 100. MA adalah
merupakan Mental age atau umur mental, dan CA adalah chronological
age atau umur kronologis, yaitu umur yang sebenarnya (Anastasi, 1976;
Morgan, dkk., 1984).
Dalam tahun 1949 diciptakan test Wechsler Intelligence Scale
for Children atau sering dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus
diperuntukkan anak-anak. Klasifikasi IQ adalah:
Very Superior : IQ di
atas 130
Superior : IQ
120-129
Bright Normal : IQ
110-119
Average : IQ
90-109
Dull Normal : IQ
80-89
Borderline : IQ
70-79
Mentak defective : IQ 69 dam
kebawah
(Harriman, 1958:165)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah diatas bisa diambil kesimpulan bahwa dalam
pengertian seseorang ada yang diperoleh dengan sengaja dan ada yang tidak dan
ada yang tidak disengaja, hal ini disebabkan karna ada dan tidaknya kesadaran
seseorang dalam mengambil suatu pengertian. Terkadang seseorang telah
mendapatkan suatu pengertian akan tetapi sebelumnya dia tidak bermaksud untuk
mencari pengertian itu. Dan ada juga seseorang memang bemaksud untuk mencari
suatu pengertian itu, yang dalam hal ini disebut dengan pengertian yang ilmiah.
Dan dalam hal inteligensi, setiap
individu mempunyai inteligensi yang berbeda, sehingga seseorang mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
B.
SARAN
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan
kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah
ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amien
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo,
1980. Pengantar Psikologi Umum : Andi.:Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment