Siang
itu, suasana kantor menjadi geger setelah menerima sepucuk surat dari Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji KBIH ternama di Jawa Timur. Tak terkecuali saya, yang
baru datang mengajar teman-teman santri. Dalam undangan tersebut dipaparkan
untuk menghadiri pelatihan MUTAWIF (Pemandu Ibadah Umrah) yang langsung
diselenggarakan oleh KBIH tersebut. Dan yang membuat saya dan teman-teman
terkejut, adalah karena di bawah undangan itu tertera tulisan “Bagi 5 peserta
terbaik, langsung mendapatkan tiket umrah gratis”. Ayo, siapa yang tidak terkejut
dengan iming-iming ini?. Bayangan saya pun waktu itu sudah memakai baju putih
separuh badan, dengan hati khusyuk mengelilingi Ka’bah di Makah. Ditambah, dapat
berziarah ke makam Rasulullah. (Ah, sungguh terhipnotis imajinasi saya waktu
itu. Dan entah hilang kemana nalar kritis saya). Selain itu, acara ini ditempatkan di salah
satu Hotel kota Malang. Hotel, bagi kalangan santri termasuk tempat yang istimewa,
lantaran santri lebih sering berada di tempat tradisional tak ber-AC. Sehingga
inilah salah satu yang membuat saya dan teman-teman tersedot untuk menghadiri
acara tersebut. Tidak hanya itu, biasanya acara pelatihan yang pernah saya
ikuti, selalu mendapatkan uang transport, (lumayan, itung-itung buat tambahan
membeli sebungkus rokok). Saya yakin, perasaan saya ini tak jauh berebeda
dengan perasaan teman-teman saya, sekalipun dengan bentuk imjinasi yang
berbeda.
Malamnya,
sebelum hari pelaksanaan acara itu tiba, saya terus membayangkan dan
mengangan-angan materi ibadah umroh-haji yang nyaris lupa semua, lantaran tidak
pernah saya pelajari mulai dulu waktu sekolah Madrasah Diniyah. Bayangan saya, acara tersebut sebuah
kompetisi. Jadi butuh persiapan matang. Lagi-lagi hanya meraba-raba bayangan
optimis mendapatkan bonus umroh gratis. Tak sedikitpun menalar kritis status
penyelenggaraan acara tersebut. Dan tujuan acara itu diselenggarakan.
**********
Hari
yang ditunggu-tunggu telah tiba. Cuaca cerah, seakan memberi semangat atas rasa
optimis saya (umrah gratis, hehe). Kemudian dengan segala persiapan, saya dan
lima teman saya berangkat mengendarai sepeda motor. Salip-menyalip seperti
ajang kompetisi balap liar terjadi di sepanjang jalan. Dan akhirnya tibalah di
tempat hotel tersebut dengan perasaan terhormat. Sungguh hati-hati kami berjalan.
Khawatir ada langkah yang salah. Atau salah masuk ruangan. Sehingga, takut
dikira orang desa yang tak pernah masuk kota (padahal memang iya, heh). Kemudian setelah sampai di ruang
resepsionis,Petugas hotel menyambut dengan semunyan manis. Dan mempersilahkan
untuk menuju lantai III (Karena, seingat saya dalam undangannya memang di
lantai III).
Seperti
acara pelatihan pada umumnya, semua perserta wajib mengisi daftar hadir yang
telah disediakan oleh panitia. Termasuk saya dan teman-teman. Setelah menerima
materi pelatihan, saya dan teman-teman duduk serta siap menyimak pelatihan
tersebut. dan bayangan saya masih menggumpal mendapatkan umrah gratis. Dan ingin
saya urai dalam kompetisi ini.
Acara pun
di mulai, dengan rangkaian pembukaan, kalam wahyu ilahi dan sambutan-sambutan.
Nah, selanjutnya akan memasuki acara inti. Tutornya pun ternyata pemilik atau
direktur KBIH tersebut. Dan disitulah nalar kritis saya mulai orbit. Bagaimana
tidak, tutor pelatihan yang biasa saya ikuti adalah orang indepedent yang ahli
dalam bidangnya. Tapi mengapa acara ini
tidak?. Ah, sayapun berusaha melenyapkan nalar itu. Intinya bagaimana caranya
saya bisa berkompetisi menjadi peserta terbaik, sehingga mendapatkan umroh
gratis.
Dengan
berbagai macam materi yang disampaikan, sang tutor berorasi dengah penuh semangat. Sampai urat
lehernya tampak menonjol. Awalnya, materi yang disampaika memang mendidik.
Menjelaskan bagaimana menjadi pemandu umroh (Tour Leader) yang baik, apa saja
yang perlu dipersiapkan, tantangan-tantangan ketika menjadi pemandu, bahkan
juga mengajari doa-doa ketika berangkat umroh dan haji. Sungguh mendidik
bukan?. Tapi, perasaan saya tetap menunggu kapan kompetisi peserta terbaik itu
dimulai (umroh gratis kawan).
Acara
istirahat pun tiba, bertanda sesi pertama usai. Saya dan teman-teman masih hanya mendapatkan ilmu tentang umrah.
Makan siang ditunda setelah sholat. Padahal, perut sudah mulai koar-koar
seperti mahasiswa berdemo menuntut pemimpin mensejahterkan rakyatnya. Terpaksa
saya dan teman-teman, mencari mushollah yang jauhnya hapir setengah kilo meter.
Dan kamipun melaksanakan sholat dhuhur di masjid Jami’ Kota Malang yang
jaraknya memang tidak begitu jauh dengan lokasi pelatihan itu.
Dengan
hati tenang, tentram, lantaran sudah melaksanakan sholat, di tengah panas dan
ramainya hiruk-pikuk perkotaan, kami menuju ruang makan. Dan peserta lain
ternyata sudah banyak yang mendahului. Akhirnya, kami ber-enam bergilir mengambil nasi serta
ikanya. Lagi-lagi dengan tingkah yang penuh hati-hati. Kemudian, setelah kami menyantap
makanan mewah ala Restoran itu, kami memasuki ruangan dan duduk di tempat
semula. Sementara saya meyakini kalau acara setelah ini pasti kompetisinya.
Tutor
telah berada di depan para peserta yang cukup banyak itu, hingga ada peserta
yang tak mendapatkan kursi sebelum panitia mencari kursi cadangan. Sesi kedua
di mulai. Tutornya pun bukan orang lain. Hanya materinya yang tidak sama dari
sesi pertama. Materi bisnis. Ya, sesi kedua berisi tentang bagaimana menjadi
pembisnis KBIH, akumulasi jama’ah umroh
dan haji berikut laba yang dapat diperoleh, bahkan juga menjelaskan bisnis
travel jama’ah haji. Saya mulai curiga ketika sang tutor membahas masalah
bisnis. Pada akhir penjelasannya, ia menjelaskan begini: “ada beberapa bonus
yang bisa anda dapat di KBIH “arofahmina” ini, diataranya adalah ketika anda
dapat membawa 10 orang jama’ah ke KBIH saya ini, maka anda mendapatkan 1 tiket
umroh gratis”. Waw, setelah saya mendengarkan ungkapan ini, rasa curiga semakin
kuat. Bagaimana tidak, sepuluh orang jama’ah jika laba setiap jama’ah 5 juta
misalnya, maka jumlah laba yang didapat adalah 50 juta. Sementara biaya umroh
satu orang, kisaran 20-30 juta. Duduk manis tampa susah payah 20 juta masuk
kantong Cuma-Cuma. Orasi Bisnis kan?.
Akhirnya,
sampai acara selesai, tidak juga diumumkan kapan seleksi itu di mulai. Dan di
ujung orasinya, totur yang sekaligus sebagai pemiliki KBIH itu menyampaikan
bahwa peserta terbaik akan diseleksi oleh panitia melalui biodata yang telah
diisi oleh peserta diawal acara tadi. Allamak, ternyata hanya diseleksi
melalui biodata. Pikir saya ada ujian ketat, baik pertanyaan teoritis maupun praktis.
Karena hadiahnya Umroh Gratis. Halah, akhirnya saya berpikir mana mungkin
seleksi melalui biodata bisa mendapat hadiah Umrah Gratis. Kemprus. Teman-teman
saya pun juga menggerutu. Anehnya lagi, sertifikat yang dijanjikan di undangan
ternyata disuruh diambil di kantor cabang KBIH dan bertempat di kota Malang. “ma’af
ya para hadirin, sertifikat yang saya janjikan lupa tidak saya bawa. Anda dapat mengambilnya di kantor kami”.
Ungkap dia di akhir orasi bisnisnya. “halah, kemprus, mana bisa acara
besar dengan banyak panitia bisa lupa, bilang aja agar peserta tahu kantornya,
sehingga enak kalau ingin mendaftarkan jama’ah haji, gituu.”. Pikir saya.
Setelah
acara selesai, satu-satunya yang dinantikan tak kunjung diumumkan. Uang
transport. Ya, ternyata bayangan imajinasi saya dan teman-teman tak dapat
dihidupkan. Jangankan imajinasi berbaju putih separuh badan guna melaksankan
umroh, biaya untuk bensin pun hanya menjadi sebuah imajinasi yang tak tertulis.
Sabar, sabar sabar,.
Dengan
memaksakan hati untuk ikhlas, akhirnya, saya dan teman-teman pulang dengan
tangan kosong. Dan kembali ke habitatnya masing-masing.