Nama Kartini, sudah tidak asing
lagi dalam negeri pertiwi ini. Ia merupakan sosok perempuan yang berusaha
mengangkat status perempuan yang awalnya hanya sebagai pendamping dan pelayan
lelaki. Namun, atas propaganda yang dilakukan oleh Kartini banyak mengalami
perubahan. Kartini sebenarnya termasuk keturunan ningrat, ia mengetahui betul
bagaimana harus taat kepada adat di lingkungan foedalnya. Seperti kebiasan
perempuan ketika telah berumur 12 tahun harus dipingit, ditempatkan di
dinding-dinding kadipaten. Ia merasakan betul bagaimana sengsaranya wanita yang
dipingit. Tidak dapat keluar untuk mengembangkan pengetahuannya. Padahal, Kartini mempunyai cita-cita
besar dalam hidupnya, sehingga ia senantiasa berusa ingin lepas dari penjara
adat yang mengikatnya. Sekalipun sebenarnya hal ini mempunyai resiko yang
besar, yakni cela’an masyarakat.
Awalnya, Kartini merupakan orang
selalu mengkritisi ajaran Islam. Ia meranggapan bahwa Islam terlalu
mendiskriminasi kaum perempuan terlebih dalam hal poligami. Hal ini disebabkan
oleh karena Kartini waktu itu masih belum mengenal Islam begitu jauh dan lebih
memprioritas akal. Sehingga pada akhirnya mengakui akan Islam dan mendapatkan
ketenangan dalam dirinya setelah mendengarkan ceramah dari pamannya sendiri
yang sempat menjadi bupati Demak, Kiai Shaleh Darat. Kia Sholeh menjelaskan
makna kandungan yang tedapat dalam surat Al-Fatihah. Sejak itulah, Kartini
sangat taat dalam beragam bahkan sesekali mendengarkan surat-surat dalam
Al-Qur,an ia menemukan nuansa Religi Islam berupa tasawuf, teologi dan syariat.
Dengan semakin lekatnya ajaran
Islam dalam diri Kartini, lambat laun kartini juga tidak kalah dalam
memperjuangkan kaum perempuan untuk bisa belajar Ilmu Agama Islam. Ia beranggapan
bahwa di Islam banyak sekali tokoh dari perempuan. Bayangkan, di Zaman Nabi
Muhammad saw, ada sekitar 700 sahabat dari kalangan perempuan yang berstatus
menjadi perawi hadits. Tidak hanya itu, para sahabat nabi, dari kalangan
perempuan juga ada yang ikut berperang, berdagang dan mengurus rumah tangga.
Seorang Kartini, gadis lugu yang
lahir di tanah Jepara ini, sekalipun latar belakang pendidikannya dari negara
Eropa. Namun, seluruh ilmunya hanya diresap dari bagian positifnya saja. Ia
tetap setia dan taat terhadap kepercayaan Agamanya. Bahkan ia senantiasan terus
ingin mengembangkan pendidikan agama Islam terkhusus untuk kalangan wanita.
Pendidikan yang ingin digagas
oleh Kartini waktu itu, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki sebagaimana yang terjadi
di Eropa, melainkan kartini ingin mengambil sisi positis dalam mencerdaskan
kaum wanita demi untuk mewujudkan bangsa dan rakyatnya. Ada beberapa gagasan
pendidikan yang ingin didiran oleh
Kartni waktu itu, diantaranya adalah dengan membuat instansi pendidikan yang
tidak terikat oleh paraturan Hindia Belanda. Dengan demikian, ia bebas dalam mengatur dan
mengembangkan pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Seperti ia membuat
pengajian di surau-surau, dan Masjid.
Raden Ajeng Kartini, begitulah
cara ia memporak-porandakan cara berpikir kaumnya dengan membuka cakrawala baru
meyongsong kemajuan bangsa ini melalui kaum hawa. Kini,
telah kita rasakan bahwa kaum wanita mempunyai paradigma dalam mengembangkan kemampuan dan bakatnya.
Semoga ia selalu dikenang dan dilimpahkan atas perjuangannya.
Selamat Hari Kartini!!!
Ngeri, tulisanmu makin ngeri, pek
ReplyDeletehehe,, mungkin lagi terobsesi pada perjuangan kartini gus. Gadis. Ya, seorang gadis hebat.
ReplyDelete